Sabtu, 02 Februari 2013

Sijago Merah Melahap Metro



          Metro, si jago merah mengamuk di pasar chendrawasi Metro Lampung, Jl. Jalan Imam Bonjol Kota Metro. Sedikitnya 85 kios terbakar. Penyebab kebakaran diduga korsleting listrik.
"Dugaan sementara akibat korsleting arus listrik," kata Kapolres Kota Metro, Sabtu (8/12/2012).

         Kapolres , menceritakan kebakaran terjadi sekitar pukul 03.30 WIB dini hari. Enam mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menjinakkan api. Bahkan, mobil pemadam dari Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur dikerahkan untuk membantu. Kedua daerah itu memang berdekatan dengan Kota Metro.Puluhan petugas polisi juga turun ke lokasi kejadian membantu memadamkan api, dan menyingkirkan barang-barang yang terbakar.
  http://pututgilang.blogspot.com









BIODATA


 Nama : Putut Gilang Sapta Raharja

NPM  : 1168681

Kelas  : PUSKOM KELAS B/ PAI C

TTL    : PALAS, 27 FEBRUARI 1992

ALAMAT : JL.RA KARTINI NO 21A PURWOSARI METRO KEC.METRO UTARA

MOTTO : LIVE IS CHOICE











Sengitnya Babak undian 16 besar

Hasil pengundian babak 16 besar Liga Champions musim ini memepertemukan sekali bnyak kejutan khususnya Tim-tim besar Eropa sling berhadapan, seperti mempertemukan kembali antara FC Barcelona vs AC Milan, Arsenal vs Bayer Munchen, Real Madrid vs Manchester United inilah Tim-tim besar berlebel juara saling di pertemukan dalam undian di babak 16 besar, dan ini akan menjadi pertandingan  yang sangat menarik untuk di tonton di canel TV Nasional SCTV.

Selasa, 29 Januari 2013

TEORI GESTAL

                                                                                        Teori Gestalt
                                                                                      

Teori Gestalt adalah anak dari aliran belajar psikologi kognitif. Teori belajar kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar psikologi Gestalt adalah Mex Wertheimer (Masdin, 2007:64), yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya ini didikuti oleh Kurt Koffka yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan; kemudian Wolfgang Kohler yang meneliti tentang insight pada simpanse. Penelitian-penelitian mereka menumbuhkan Psikologi Gestalt yang menekankan bahasan pada masalah konfigurasi, struktur dan pemetaan dalam pengalaman. Kaum Gestalis berpendapat, bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Orang yang belajar, mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisasi, bukan dalam bagian-bagian yang terpisah.
Konsep penting dalam teori Gestalt adalah tentang insight. Menurut Woolfolk (1995) insight adalah pengamatan/pemahaman mendadak terhadap hubungan antar bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan spontan “aha” atau “oh, I see now”. Kohler menemukan tumbuhnya insight pada seekor simpanse dengan menghadapkan simpanse pada masalah bagaimana memperoleh pisang yang terletak diluar kurungan atau tergantung diatas kurungan. Dalam eksperimen itu, Kohler mengamati, bahwa kadangkala simpanse dapat memecahkan masalah secara mendadak, kadangkala gagal meraih pisang, kadangkala duduk merenungkan masalah, dan secara tiba-tiba menemukan pemecahan masalah.
Menurut Wertheimer dalam Masdin (2007:65) seorang Gestalis yang mula-mula menghubungkan pekerjaan dengan proses belajar dikelas. Dari pengamatannya, ia menyesalkan metode menghafal disekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian, bukan hafalan akademis. Menurut pandangan Gestaltis, semua kegiatan belajar (baik pada simpanse maupun pada manusia) menggunakan insight atau pemahaman terhadap hubungan-hubungan antara bagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang daripada dengan hukuman dan ganjaran.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya proses yang panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan memungkinkan belajar menjadi lebih baik dan efisien. Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang teori belajar  Gestalt.


Teori ini muncul karena adanya pemikiran yang dikemukakan oleh Max Wertheimer (1880-1943) yang dianggap sebagai pendiri teori gestalt. Max Wertheimer dalam pemikirannya bekerja sama dengan dua temannya yaitu Kurf Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967) mereka disebut penemu atau pendiri. Ketika tokoh tersebut mempunyai pemikiran yang searah atau sejalan.

Teori Gestalt adalah teori dimana individu itu memandang atau terhadap cara pandangnya melihat keadaan sekitar tidak dilihat dalam bentuk terpisah-pisah atau tidak melihat dari berbagai aspek-aspek yang ada melainkan memandang secara yang bulat, kompleks, ataupun global atau secara keseluruhan dengan cara pandang yang terencana atau perencanaan yang baik. Jika individu memandang keadaan sekitar dalam bentuk unsur-unsur yang dibagi-bagi maka yang terjadi adalah dapat menghilangkan makna dari gestalt tersebut yaitu individu akan sulit untuk memecahkan permasalahan yang dilihatnya. Sedangkan jika permasalahan individu memandang dengan bentuk yang global, individu dapat memecahkan permasalahan dengan cara pengertian yang menyeluruh.

Pengertian diatas dudukung oleh teori Max Wertheimer menurutnya gestalt tidak melihat kesalahan mengenai instropeksi, hanya saja terdapat adanya salah penggunaan yaitu membagi elemen-elemen yang sebenarnya pengalaman itu merupakan suatu kebulatan (kompleks). Seperti diketahui organisme itu mempersepsikan keadan atau dunia ini sebagai sesuatu yang berarti, sesuatu yang terorganisasi. Apabila ini dibagi-bagi menjadi elemen-elemen akan kehilangan maknanya. Kerena itu gestalt berpendapat bahwa fenomena perseptual dipelajari secara langsung dan secara bulat, tidak tebagi-bagi atau dianalisis lebih lanjut. Karena gestalt mempelajari fenomena perseptual secara langsung, maka gestalt kadang-kadang juga disebut  sebagai Phenomenologist. Phenomenologist mempelajari sesuatu secara meaningsful, kejadian psikis tidak dapat dianalisis menjadi elemen-elemen. Pandangan pokok psikologi gestal adalah berpusat bahwa apa yang dipersepsi itu merupakan suatu kebulatan, suatu unity atau suatu yang menyeluruh (kompleks).

Menurut teori Gestalt anak dipandang sebagai suatu keseluruhan, yakni suatu organisme yang dinamis, yang senantiasa dalam keadaan berintekrasi dengan dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuannya. Interaksi di sini dimaksudkan bahwa anak selalu menerima respon dari luar dirinya. Respon tersebut tidak diterimanya begitu saja, melainkan ia melakukan seleksi sesuai dengan tujuannya, setelah itu mereka bereaksi terhadap respon-respon itu dengan cara mengolanya atau memahaminya.

Teori Gestalt di atas memberi implikasi kepada kita bahwa anak (siswa) merupakan makluk yang aktif bukan pasif. Sesuai dengan teori ini, maka dalam proses belajar mengajar di dalam kelas seluruh anak didik (siswa) mesti dilibatkan secara aktif, baik mental maupun fisiknya, sebab dengan cara yang demikian keberadaan  mereka sebagai individu yang cara geraknya dapat tersalurkan secara maksimal.

Pengertian diatas didukung oleh teori gestal yang di temukan oleh MX Weetheimer seorang psikolog Jerman. Menurut rumusan pemikiran dan penemu gestalt ini bahwa gestalt berarti bentuk, pola, keseluruhan, yaitu dasarnya adalah unit (kesatuan) sedangkan alatnya yang dijadikan dasar ialah persepsi (pengamatan atau pengenalan) untuk di pahami.  Karena itu para psikologi gestalt kebanyakan perhatian/studinya ditunjukan kepada perinsip-perinsip dasar penyelengaraam proses pengamatan. Psikolog-psikolog gestalt selain mengembangkan teori-teori mengenai permasalahan pengamatan, jug kemudian mengembangkan teori mengenai problem solving dan kepribadian.

Psikologi gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala atau permasalahan sebagai suatu keseluruhan atua totalitas. Pandangan pokpok psikologi gestalt berpusat bahwa apa yang di persepsikan itu merupakan suatu kebulatan,suatu unity atu gestalt. Psikologi gestalt semula timbul berkaitan dengan masalah persepsi,yaitu pengalaman Max Wertheimer di stasiun kereta api yang di sebutnya phi phenomena. Dalam pengalaman nya tersebut,sinar yang tidak bergerak di persepsi oleh sinar yang bergerak.

Dengan demikian,maka dalam sebuah persepsi itu ada peran aktif dari perseptor ini berarti jika seseorang mempersepsi suatu objek itu tidak tergantung pada stimulus. Objektif nya saja tetapi,ada peran aktif/aktifitas dari seseorang untuk menentukan hasil persepsi nya. Apa semula hanya persepsi saja,selanjut nya berkembang dan berpengaruh pada aspek-aspek lain antara lain dalam persepsi belajar. Teori di atas di dukung oleh pengertian gestalt sebagai keseluruhan oleh Max Wertheimer yang di pandang sebagai pendiri psikologi gestalt dalam buku pengantar psikologi umum.

Bagi para ahli pengikut gestalt perkembangan itu adalah proses diferensiasi,Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keselurhan,sedangkan bagian-bagian adalah sekunder,bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari pada keselurhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya keseluruhan ada terlebih dahulu baru di susul oleh bagian-bagian nya. Bila kita ketemu dengan seseorang teman misalnya,dari kejauhan yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah baju nya yang baru atau pulpen nya yang bagus,atau dahi nya yang terluka melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan,sebagi gestalt; baru kemudian menyusul kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti bajunya yang baru,pulpen nya yang bagus,dahi nya yang terluka dan sebagainya.

Selain itu Teori Gestalt juga dapat diartikan sebagai aplikasi melakukan penelitian umum secara global /umum misalnya , sesuatu yang dapat dilihat dengan nyata, tidak berupa angan-angan atau abstrak maka sesuatu tersebut lebih memiliki makna dan berarti dari pada benda tersebut dipecah menjadi unsur atau bagian yang paling mendasar. Teori gestalt memandanf suatu benda tidak berarti apabila dipecah menjadi suatu bagian. Pengertian ini didukung oleh CH.v . Ehrenfels dengan teorinya gestal adalah sesuatu yang lebih berarti dari pada jumlah bagian-bagian.

Didalam ilmu jiwa gestalt dikemukakan bahwa didalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsur melainkan gestalt (suatu keseluruhan)  yaitu tanpa memecahkan benda menjadi bagian-bagaian yang tidak berarti, setiap bagian atau elemen-elemen dari sebuah benda tidak berarti sama sekali, elemen tersebut akan bermakna bergabung menjadi satu dalam satu kesatuan. Teori ini didukung oleh Von Ehrendels yang mengemukakan bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat unsur-unsur melainkan gestalt.

Aplikasi teori Gestalt dam proses pembelajaran antara lain:
a.        Pengalaman tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa (insight). Tilikan memegang peranan penting dalam perilaku. Dalam  proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tersebut.
b.        Pembelajaran yang bermakna (meaniful learning) yaitu kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternative pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c.         Perilaku bertujuan (purposive behavior) yaitu bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respon, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengetahui tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktifitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.         Prinsip ruang hidup (life space) yaitu bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik (menyangkut dengan kehidupan sehari-hari_.
e.        Transfer dalam belajar, yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu unutk kemudian menempatkan dalam situasi konvigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang laus dalam pembelajaran dan kemudian menyusun kesatuan-kesatuan imum (generalisasi) .transfer belajar akan akan terjadi apabila peserta pendidik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkan.